Monday, November 17, 2014

Pengaruh Keasaman tubuh terhadap Kesehatan






Pengaruh keasaman tubuh terhadap kesehatan merupakan indikator terbesar yang menentukan apakah tubuh kita sehat ataukah rentan terhadap penyakit. Tubuh yang basa [alkalin] sebagai kebalikan dari tubuh yang asam merupakan kondisi tubuh yang sehat sedangkan tubuh yang asam merupakan kondisi yang sakit atau rentan terhadap penyakit. Kondisi Basa dapat dinyatakan dengan ukuran keasaman pH 7.0 -8.0 sedangkan tubuh asam dinyatakan dengan pH dibawah 7.0. Sebagai contoh, tubuh bayi yang baru lahir akan memiliki pH 8.0 sedangkan pasien kanker umumnya memiliki pH 3.5. Orang dewasa yang sehat akan memiliki pH 7.0 - 7.5.
Pada umumnya kondisi tubuh yang lebih asam dapat memicu terjadinya penyakit dan bukan sebaliknya. Namun setelah penyakit terjadi, tubuh dapat menjadi lebih asam lagi akibat penyakit yang tidak diobati dengan baik dan pada saat ini akan terjadi lingkaran setan yang tidak putus putusnya hingga pasien meninggal.
Mengapa tubuh dapat menjadi asam dan bagaimana mencegahnya? Ini dapat terjadi karena kita mengonsumsi makanan yang “membentuk asam” lebih banyak daripada makanan yang “membentuk basa”. Istilah “pembentuk asam” tidak sama artinya dengan “asam”. Ini perlu diperhatikan untuk tidak menimbulkan kekeliruan. Jeruk nipis adalah makanan yang sangat asam, namun ia membentuk kondisi basa pada tubuh dan sebaliknya susu yang telah di pasteurized atau susu UHT adalah jenis makanan yang basa, namun akan menimbulkan kondisi asam bagi tubuh [susu segar tanpa olah akan tetap memberikan kondisi basa pada tubuh]. Kesimpulannya adalah bahwa makanan yang kita konsumsi merupakan faktor terbesar bagi keasaman tubuh kita [selain faktor2 lain yang sekunder yang tidak akan diulas pada artikel ini].
Untuk mencegahnya maka manusia sebaiknya mengetahui jenis makanan apa yang dapat dikonsumsinya. Secara garis besar, untuk menjadi sehat sebaiknya kita mengonsumsi makanan “pembentuk basa” sebesar minimal 75% dan makanan “pembentuk asam” sebesar maksimal 25%. Untuk penderita penyakit berat, jumlah prosentase makanan “pembentuk basa” ini perlu dinaikkan. Sebagai contoh, pasien penyakit kanker direkomendasikan untuk memakan 100% makanan “pembentuk basa” dan berpantang makanan “pembentuk asam”.
Makanan “pembentuk asam” umumnya didominasi oleh makanan dari protein hewani seperti daging, ikan, susu, telur dan olahannya, juga alcohol. Makanan “pembentuk basa” umunya terdiri dari semua jenis sayuran, buah2an, biji2an dan padi2an yang belum diolah. Makanan olahan umumnya merupakan makanan “pembentuk asam’ walaupun misalkan dibuat dengan bahan dasar sayuran atau buah. Didalam prosesnya sifat dasar bahan makanan diubah dan juga ditambah dengan sejumlah bahan lain, bahan kimia, pengawet, pemanis, pewarna yang pada akhirnya menyebabkan makanan tadi menjadi “pembuat asam”.
Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa tubuh anda asam atau basa? Sangat mudah sekali. Anda hanya perlu melakukan test pada air ludah anda pada kertas Lakmus [litmus paper]. Gunakan kertas lakmus yang memiliki setidaknya pH diantara 4.0 - 8.0 dan memberikan warna berbeda untuk setiap perubahan pH 0.5 - 1.0. Sebelum memeriksa ludah anda, bersihkan mulut dengan cara mengumpulkan ludah didalam mulut dan buang dan lakukan 2 kali berturut turut. Pada kali ketiga, ambil ludah anda dan sapukan pada kertas lakmus dan anda mencocokkan warnanya dengan standar warna yang diberikan [biru. hijau, kuning, dst]. Kertas lakmus dapat diperoleh di apotik maupun di toko kimia.
Pemahaman atas keasaman tubuh ini tidak dimiliki oleh ilmuan kesehatan dan praktisi kesehatan orthodoks [yang anehnya juga disebut modern atau mainstream], sehingga para praktisi kesehatan jarang yang dapat menerangkan masalah ini maupun masalah nutrisi pada masyarakat. Untuk praktisi dunia kesehatan “alternatif”, masalah keasaman tubuh menjadi hal yang sangat penting dan sentral didalam pengobatan alternatif. Banyak sekali penyakit yang dapat diobati hanya dengan merubah asupan makan [diet] anda agar badan menjadi lebih basa dan mampu menyembuhkan penyakit tanpa pengobatan tambahan. Makanan pada akhirnya bukan menjadi sekedar pemberi nutrisi, namun menjadi obat. Sama seperti 4 abad yang lalu ketika Bapak Pengobatan Socrates mengatakan “Biarlah makanan menjadi obat……”
Catatan: Artikel ini adalah salah satu dari sebagaian artikel yang ditulis untuk memberikan informasi kesehatan bagi masyarakat. Informasi dihimpun dari berbagai artikel dan jurnal kesehatan dan informasi sejenis dapat diperoleh pada publikasi lain pada media internet atau media lain. Bila pembaca ingin mendapatkan artikel pendukung atau sejenis dapat menghubungi penulis. Sejumlah topik mungkin dirasakan sangat kontroversial dan mengganggu kenyamanan praktisi kesehatan maupun Pabrik Farmasi dan untuk hal2 yang perlu diulas dapat dilakukan pada Blog ini secara sehat.

No comments:

Post a Comment